Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kenapa Amerika Gagal di Afghanistan, Menurut Mantan Pejabat Hingga Veteran AS

Reporter

image-gnews
Seorang bayi diserahkan kepada tentara Amerika Serikat melewati kawat berduri di tembok pembatas bandara di Kabul, Afghanistan, 19 Agustus 2021. Sejumlah ibu di Afghanistan rela memanjat tembok bandara demi menyerahkan bayi mereka untuk diselamatkan ke tentara negara-negara asing yang berjaga. OMAR HAIDARI/via REUTERS
Seorang bayi diserahkan kepada tentara Amerika Serikat melewati kawat berduri di tembok pembatas bandara di Kabul, Afghanistan, 19 Agustus 2021. Sejumlah ibu di Afghanistan rela memanjat tembok bandara demi menyerahkan bayi mereka untuk diselamatkan ke tentara negara-negara asing yang berjaga. OMAR HAIDARI/via REUTERS
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Perang Afghanistan, perang terpanjang Amerika, hampir berakhir dengan kejutan betapa pasukan pemerintah Afghanistan yang dilatih Barat begitu cepat hancur oleh Taliban.

Kini, peringatan 20 tahun serangan 11 September di New York dan Washington akan ditandai dengan kembalinya Taliban berkuasa.

"Ini bukan perang 20 tahun. Sudah satu tahun perang terjadi 20 kali," kata seorang pejabat militer AS untuk menyampaikan rasa frustrasi dengan pemikiran jangka pendek, banyak kesalahan langkah, dan kurangnya konsistensi atas empat pemerintahan AS.

Wawancara dengan hampir puluhan pejabat dan pakar AS saat ini dan mantan pejabat, menyoroti kegagalan yang melumpuhkan upaya AS untuk menstabilkan Afghanistan yang membuat AS menghabiskan lebih dari US$1 triliun (Rp14.000 triliun lebih) dan lebih dari 2.400 anggota militer Amerika dan puluhan ribu warga Afghanistan tewas, banyak dari mereka warga sipil.

Dua pemerintahan Republik dan dua pemerintahan Demokrat berjuang untuk memerangi korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia, untuk memelihara demokrasi dan supremasi hukum, membangun militer Afghanistan yang kuat dan membuat orang Amerika yang lelah perang tetap terlibat.

Mereka mempromosikan pemerintah pusat yang kuat di negara di mana selama berabad-abad suku-suku menikmati otonomi lokal. Program pemberantasan narkoba pemerintah semakin memusuhi orang-orang di kubu pedesaan Taliban yang mengandalkan opium untuk bertahan hidup.

Kekurangan intelijen juga menjadi faktor, termasuk minggu lalu ketika pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengantisipasi akan memakan waktu beberapa bulan bagi Taliban untuk memasuki Kabul, yang nyatanya hanya butuh beberapa hari.

Tetapi ada beberapa keberhasilan yang tak terbantahkan imbas invasi Amerika ke Afghanistan.

Amerika Serikat dan mitranya membantu meningkatkan kehidupan yang tak terhitung jumlahnya di salah satu negara termiskin di dunia, memajukan hak-hak perempuan dan anak perempuan, mendukung media independen, dan membangun sekolah, rumah sakit, dan jalan.

Semua itu kini terancam di tengah ketakutan Taliban akan mengembalikan rezim keras terhadap masyarakat Afghanistan. Berikut beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan Amerika dalam perang di Afghanistan, dikutip dari Reuters, 23 Agustus 2021.

TERGANGGU OLEH PERANG IRAK

Prajurit Angkatan Darat AS dari Peleton ke-2, artileri lapangan 2-8 baterai B, menembakkan artileri howitzer ke pangkalan tembak depan Seprwan Ghar di distrik Panjwai, Provinsi Kandahar, Afghanistan selatan, 12 Juni 2011. [REUTERS/Baz Ratner]

Presiden George W. Bush mendeklarasikan "perang melawan teror" dan menggulingkan pemerintah Taliban di Kabul yang menjadi tuan rumah militan al Qaeda yang bertanggung jawab atas serangan pesawat yang dibajak tahun 2001. Strategi itu berhasil, untuk sementara. Taliban dikalahkan dan al Qaeda melarikan diri.

Tetapi mantan pejabat dan pakar mengatakan, alih-alih bekerja untuk mengamankan Afghanistan dari kebangkitan Taliban, pemerintahan Bush mengalihkan sumber daya, personel, dan waktu untuk menyerang Irak dengan klaim yang salah bahwa pemerintah otoriter Saddam Hussein memiliki senjata ilegal untuk program pemusnah massal.

"Amerika Serikat menjadi terganggu oleh perang di Irak selama beberapa tahun," kata Lisa Curtis, mantan analis CIA dan pakar regional yang bertugas di kepresidenan Bush dan Trump, dan sekarang adalah peneliti senior di Center for a New American Security, kepada Reuters.

"Itu adalah hal yang benar untuk dilakukan untuk menggulingkan Taliban....Sayangnya, tak lama setelah kami mengalahkan Taliban, kemudian lebih banyak perhatian mulai tertuju pada perang di Irak," kata Curtis.

Pejabat saat ini dan mantan pejabat mengatakan obsesi pemerintahan Bush dengan Irak membuat strategi Afghanistan berantakan.

"Apakah kami benar-benar mencoba membantu membangun dan mereformasi bangsa ini (Afghanistan) atau kami hanya mencoba keluar?" kata Jonathan Schroden, seorang ahli di lembaga kebijakan CNA, yang menjabat sebagai penasihat Komando Pusat AS.

Ketika Presiden Barack Obama mulai menjabat pada tahun 2009, kebijakan yang tidak konsisten terus berlanjut.

Obama ingin mengurangi pasukan AS di Afghanistan tetapi setuju untuk meningkatkan upaya untuk menekan Taliban ke dalam pembicaraan damai. Dalam pidatonya di West Point pada November 2009, dia mengatakan akan mengirim tambahan 30.000 tentara, tetapi menambahkan bahwa "setelah 18 bulan, pasukan AS akan mulai pulang."

Dalam upaya untuk menenangkan audiens domestiknya, Obama secara efektif mengatakan kepada Taliban bahwa mereka bisa menunggu Amerika Serikat.

KORUPSI ENDEMIK DI PEMERINTAHAN AFGHANISTAN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

32 menit lalu

Sekretaris Pers Gedung Putih AS Karine Jean-Pierre mengadakan jumpa pers harian di Gedung Putih di Washington, AS 24 Juli 2023. REUTERS/Jonathan Ernst
AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.


Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

3 jam lalu

Presiden AS Joe Biden saat kunjungannya di Chavis Community Center di Raleigh, North Carolina, AS, 26 Maret 2024. REUTERS/Elizabeth Frant
Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.


Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

5 jam lalu

Petugas penegak hukum memasuki perkemahan protes pro-Palestina di Universitas California Los Angeles (UCLA), ketika konflik antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas berlanjut, di Los Angeles, California, AS, 2 Mei 2024. REUTERS/David  Swanson
Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?


Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

6 jam lalu

PM Israel Benyamin Netanyahu dan istrinya, Sara. REUTERS
Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.


Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

7 jam lalu

Warga Palestina menikmati pantai pada hari yang panas, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza, 24 April 2024. REUTERS/Mohammed Salem
Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza


Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

8 jam lalu

Ilustrasi Hacker atau Peretas. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya


Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

9 jam lalu

Jaksa Karim Khan dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC). REUTERS
Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan pihaknya "mengutuk segala ancaman dan tindakan intimidasi" terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)


Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

9 jam lalu

Direktur CIA William Burns berbicara selama sidang Komite Intelijen DPR AS tentang ancaman di seluruh dunia, di Washington, D.C., AS, 15 April 2021. [Tasos Katopodis/Pool via REUTERS]
Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

Para pejabat Hamas dan CIA dijadwalkan bertemu dengan mediator Mesir di Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza.


Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

10 jam lalu

Sekelompok pengunjuk rasa memegang bendera kuning bertuliskan Khalistan, serta spanduk bergambar pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh, saat melakukan protes di luar konsulat India, seminggu setelah Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengemukakan kemungkinan keterlibatan New Delhi dalam aksi tersebut. pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar di British Columbia, di Toronto, Ontario, Kanada 25 September 2023. REUTERS/Carlos Osorio
Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.


Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

14 jam lalu

Presiden Turki, Tayyip Erdogan dan PM Israel, Benjamin Netanyahu. Iakovos FOTO/Murat Cetinmuhurdar dan Hatzistavrou/Pool via REUTERS
Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 3 Mei 2024 diawali oleh Turki menghentikan semua ekspor impor dari dan ke Israel.